Karena mengaji di masjid yang berbeda, sekolah di tempat yang berbeda, diajari hafalan dan bacaan shalat yang sedikit berbeda [yang satu ‘ushalli’, satunya lagi pakai ‘allahumma bait’; satunya pakai ‘syayyidina’ saat tasyahud, satunya tidak], diajari renik-renik rukun dan syarat puasa yang mungkin juga tak sama, sangat mungkin keduanya akan jadi orang-orang dewasa yang berbeda. Dan, apa salahnya berbeda? Tuhan menciptakan makhluk juga berbeda-beda. Manusia juga berbeda-beda; beda rupa, suku, golongan, bahasa. Jadi, tidak ada yang salah menjadi berbeda.