bookmate game
Buku
Mohamad Sobary

Demokrasi Ala Tukang Copet

“Di tangan mereka-baik eksekutif maupun legislatif-demokrasi diubah makna dan definisinya sedemikian rupa sehingga demokrasi tak menghalangi pencopetan besar-besaran.""Diubah? Menjadi demokrasi macam apa?""Demokrasinya tukang copet. Dan mereka bukan sembarang tukang copet. Ini copet besar-besaran, sampai rakyat yang dicopet menjadi miskin, dan akan miskin secara abadi. Tapi, copetnya kaya raya.”Demikianlah salah satu sindiran tajam Mohamad Sobary tentang fenomena “zaman edan” di Indonesia. Dari para caleg yang memenuhi kota dengan foto mereka, hingga hobi para pejabat (dan mantan pejabat) yang membikin center dan biografi. Dari talkshow di televisi yang mengundang orang untuk diadu, hingga hobi tawuran di masyarakat.Berbagai sindiran lain dalam buku ini dapat membuat kita tersenyum getir dan miris. Namun, Kang Sobary juga memberi kita bahan-bahan perenungan untuk menemukan makna yang sejati. Diajaknya kita menengok kembali khazanah kearifan agama, legenda, dan kisah pewayangan. Sesungguhnya, dengan sindiran dan perenungan ini, Kang Sobary ingin mengajak kita pulang ke jati diri kita. [Mizan Publishing, Negara, Bangsa, Maju, Demokrasi, Agama, Islam, Indonesia]
115 halaman cetak
Pemilik hak cipta
Mizan
Sudahkah Anda membacanya? Bagaimanakah menurut Anda?
👍👎

Kesan

  • randibayu94membagikan kesan4 tahun yang lalu

    Layak dibaca

Kutipan

  • randibayu94membuat kutipan4 tahun yang lalu
    kata mahal buat tokoh LSM, dokter, para profesional, penyair, dan para tokoh penting di Republik ini?
  • randibayu94membuat kutipan4 tahun yang lalu
    Tidak ada. ‘Tapi, peraturan pemerintah yang disusun karena pesanan tadi sudah ditandatangani presiden. Mau apa kita?’ Tidak ada masalah. Biar saja menjadi dokumen berdebu di perpustakaan. Kita tahu, sebenarnya orang asing itu bodoh sekali. Di negeri ini, peraturan tinggal peraturan. Mengapa dibayar mahal?

    Orang asing? Menjajah lagi? Ini zaman perjuangan jilid dua. Berjuang, membela negara, itu jihad sejati. Maka, dengan semampunya, seadanya, seikhlasnya, kita bekerja.”

    “Kalau kalah?”

    “Tidak. Jihad itu satu-satunya permainan yang tak mengenal kalah. Jihad itu satu-satunya bisnis yang tak pernah rugi. Apalagi buat bela negara.”[]
  • randibayu94membuat kutipan4 tahun yang lalu
    bukan karena kita hebat, melainkan karena kita ini nekat
fb2epub
Seret dan letakkan file Anda (maksimal 5 sekaligus)