Cha MinJoo

Memfilosofikan BTS

Beri tahu saya ketika buku ditambahkan
Untuk membaca buku ini unggah file EPUB atau FB2 ke Bookmate. Bagaimana cara mengunggah buku?
“Mengapa BTS?” Karena pesan-pesan BTS berdiri di atas dasar filosofis.
Hal inilah yang mendasari Memfilosofikan BTS, eksplorasi menyeluruh oleh Cha Minjoo terhadap pesan-pesan BTS melalui 20 lensa nama besar dalam dunia filsafat, termasuk Nietzsche, Hegel, Deleuze, dan Adorno
1. BTS dikenal sebagai Zoroaster abad ke-21. semangat muda mereka membantu menjelaskan masalah-masalah seperti budaya yang konsumtif, belenggu kaum muda terhadap status quo, dikotomi modern dari kasta (mereka yang lahir dengan sendok perak atau kaya raya sedari lahir dan mereka yang tidak), dan sistem yang menolak untuk mengizinkan kaum muda untuk keluar dari sistem sosial dan menjadi pemilik kehidupan mereka sendiri. Buku ini menggunakan para pemikir besar di zaman kita — John Rawls, Hannah Arendt, Maurizio Lazzarato, dan Hans Peter Martin, di antara yang lain — untuk menerangi pesan yang disampaikan BTS dalam musik mereka.
2. Sejak awal permulaan debutnya, BTS telah menyanyikan mengenai pentingnya untuk tidak hanya memiliki mimpi, tetapi keberanian untuk menangkapnya. Buku ini mengkaji pesan-pesan BTS yang mendorong kaum muda untuk menjelajahi mimpi yang mereka miliki dalam hati mereka. Hal ini menarik garis paralel antara pesan BTS dan filosofi pemikir seperti Nietzsche, Kierkegaard, Eric Hoffer, dan Krishnamurti.
3. Bagi kaum muda, dunia bisa menjadi tempat yang tidak adil dan tidak menarik. Anak-anak muda mengorbankan 'hari ini' untuk hari esok yang sepertinya tidak akan pernah tiba dan mengabaikan gejolak terdalam mereka sendiri dalam mengejar standar kecantikan yang fana dan tidak mungkin. Memfilosofikan BTS mengambil pandangan yang dekat dan intim terhadap penghiburan yang BTS sediakan untuk jiwa muda yang putus asa dan rapuh.
Ulasan
“Buku ini memaparkan ide-ide filosofis generasi muda dengan cara yang optimis, menantang gagasan bahwa pembicaraan filsafat haruslah serius… Penulis memandu kita menuju sudut pandang yang segar dan baru pada lirik lagu BTS dan jauh dari interpretasi filosofis yang melelahkan dan berlebihan. Alih-alih menganjurkan pandangan optimis yang samar-samar, buku ini menyampaikan pesan harapan yang memberdayakan pembaca untuk bangkit dari konsumsi berlebihan dan diskriminasi oleh diferensiasi dan kredensial akademik, ketidakpedulian, dan kekerasan sosial. Di atas semua itu, walau buku ini mudah dan menyenangkan untuk dibaca, buku ini tidaklah ringan.”— Lim Jin-mo, komentator musik
Segera setelah dirilis, Memfilosofikan BTS menduduki peringkat kedua dalam penjualan mingguan dan menduduki peringkat pertama pada penjualan harian Aladin, situs penjualan buku online Korea. Hanya 15 hari setelah dirilis, buku ini sudah memasuki cetakan ketiga. Selain itu, Memfilosofikan BTS tetap berada dalam daftar best-seller humaniora top 20 mingguan di toko buku besar Korea sepert Kyobo. — Kyunghyang Shinmun, Surat Kabar Harian Korea.
“Sejak dirilisnya Memfilosofikan BTS, berbagai upaya berani telah dilakukan untuk membaca K-pop dari perspektif yang berhubungan dengan struktur sosial. Pendekatan humanistik juga telah dan masih dilakukan untuk memahami implikasi dari lirik, pertunjukan, dan metode komunikasi dari band K-pop dengan penggemar mereka.” — Sohn Min-kyu, merchandiser untuk penjual buku online Yes24.
“Dalam beberapa hal, pesan BTS mungkin lebih kuat daripada kata-kata Hermann Hesse. Dengan mempertimbangkan hal itu, penulis memanggil berbagai pemikir dan filsuf termasuk Friedrich Nietzsche, Soren Kierkegaard, Martin Heidegger, dan Eric Hoffer dan membandingkan pesan mereka dengan BTS. Pada akhirnya, ia membimbing pembaca untuk memahami mengapa BTS menikmati tingkat popularitas yang begitu besar saat ini dan mengapa orang-orang terus mendengarkan mereka.” — Munhwa Ilbo, surat kabar harian Korea.
Buku ini saat ini tidak tersedia
111 halaman cetak
Publikasi asli
2020
Tahun publikasi
2020
Sudahkah Anda membacanya? Bagaimanakah menurut Anda?
👍👎

Kesan

  • b1453571745membagikan kesan3 tahun yang lalu
    👍Layak dibaca
    💧Menyentuh

Kutipan

  • Inka Evelynamembuat kutipan3 tahun yang lalu
    Dosa yang nyata adalah keputusasaan atas tindakan diri sendiri.

    Kierkegaard
  • Inka Evelynamembuat kutipan3 tahun yang lalu
    Kierkegaard membagi kecemasan dan ketakutan berdasarkan ada atau tidaknya subjek. Ketakutan memiliki subjek yang konkret, sementara kecemasan belum tentu memiliki sumber penyebab. Jika ketakutan adalah emosi negatif, maka kecemasan memiliki sifat positif dan negatif yang tidak ditujukan untuk sesuatu yang pasti sehingga dapat menawarkan sejumlah besar kemungkinan.

    Tingkat kecemasan kita adalah tingkat potensi kita.
  • Inka Evelynamembuat kutipan3 tahun yang lalu
    "Saya akan mengatakan bahwa ini adalah petualangan yang harus dilalui setiap manusia - untuk belajar dari kecemasan agar tidak mudah hancur baik karena tidak pernah merasa cemas atau karena tenggelam di dalamnya. Siapa pun yang belajar tentang kecemasan dengan cara yang benar telah mempelajari yang terbaik."

    Kierkegaard
fb2epub
Seret dan letakkan file Anda (maksimal 5 sekaligus)