Buku
Oki Setiana Dewi

Dekapan Kematian

Dengan suara lemah dia bertanya kepadaku, «Mama…sa … yang nggak sama Nila? Aku mengangguk. Mataku menghangat dan basah. Nila tersenyum tipis.
“Nila juga sayang Mama,” suaranya semakin melemah. Dengan air mata yang perlahan terus menetes kubisikkan di telinganya, «Kalau Nila sayang Mama, ayo Nila terus berzikir … ayo Sayang ….» «La … ilaha illallah … la … ilaha illallah ….» Nila terus mendesis, berbisik lirih. «La… ila ha illallah.. Allah.. Allah..Allah…Allah…Allah…Allah…Allah.”ÿ
Aku tak lagi mendengar suaranya. Aku memeluk tubuh Nila. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. gadis periangku telah pergi untuk selama-lamanya. Nila sudah tidak menderita lagi, tidak merasa kesakitan lagi. Nilaku saying telah kembali kepada Allah dengan tenang. ** Cerita ini hanyalah salah satu fragmen dari kisah-kisah nyata nan menggetarkan hati yang bisa Anda baca di buku ini. Dengan amat memikat, Oki Setiana Dewi kembali menuliskan catatan-catatannya tentang cinta dan perpisahan, tentang hati dan perasaan, tentang seseorang dan belahan jiwanya. Melalui buku ini, kita diingatkan lagi bahwa ada saatnya kita memang harus berpisah dengan orang-orang yang kita cintai menyentuh dan menyayat kalbu.
[Mizan, Mizania, Novel, Indonesia]
176 halaman cetak
Pemilik hak cipta
Mizan
Sudahkah Anda membacanya? Bagaimanakah menurut Anda?
👍👎

Kesan

  • Ismamembagikan kesan2 tahun yang lalu
    👍Layak dibaca

Kutipan

  • Farras Aryasavamembuat kutipan8 tahun yang lalu
    hati semua orang yang hidup, termasuk saya. Cerita kematian setidaknya bisa membuat kita ingat kembali akan mati, mempersiapkan
  • Farras Aryasavamembuat kutipan8 tahun yang lalu
    bekal kematian dan mempersiapkan diri ketika suatu hari nanti ditinggal oleh belahan jiwa yang kita cintai. Hari ini mereka yang mati, lalu mereka yang ditinggal mati pun akan mati. Mereka yang menceritakan kematian ini akan mati, saya yang mendengarkan ini pun akan mati. Begitu pula Anda, para pembaca. Kita semua pada akhirnya akan sampai dalam dekapan kematian.
    Kematian adalah suatu hal yang pasti terjadi. Tak ada seorang pun yang dapat lari dan menjauhi kematian.
    Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS Al-Nisâ’ [4]: 78)
    Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, sungguh akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Al-Jumu‘ah [62]: 8)
    Saya memilih tema kematian ini bukannya tanpa alas-an. Adalah ibu saya, wanita mulia ini sering kali membicarakan kematian kepada saya. Penyakit Pemphigus vulgaris yang dideritanya sejak 2005 silam membuat beliau menjadi sosok yang sangat religius. Hari-harinya diisi dengan menabung amal untuk menyambut kematian. Beliau pun mengajarkan kepada saya dan adik-adik untuk selalu siap ditinggalkan oleh orang-orang yang kami cintai, untuk bersahabat dengan kematian. Untuk menjadi pribadi yang siap menyambut kematian.
    Selain itu, sepanjang kehidupan saya, saya menyaksikan dan
  • Farras Aryasavamembuat kutipan8 tahun yang lalu
    Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, akan bisa membatasi kebahagiaannya itu.”
    Cerita kematian mengetuk

Di rak buku

fb2epub
Seret dan letakkan file Anda (maksimal 5 sekaligus)