Dalam kondisi agroekosistem yang semakin rentan ter— hadap perubahan lingkungan, petani dan nelayan dituntut mampu beradaptasi, mengembangkan diri, serta mengelola potensi sumber daya pertanian dan perikanan secara berkelanjutan. Di sisi lain, kelembagaan sosial di tingkat lokal cenderung memudar sejalan dengan perubahan pola pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap keguyuban. Meskipun demikian, masih ada perekat utama sebagai pilar pemberdayaan, yaitu kemauan untuk mewujudkan lingkungan yang terpelihara dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam hal ini, pemberdayaan sosial dapat di— pandang sebagai medium pembelajaran petani dan nelayan dalam mengelola potensi agroekosistem secara bijak guna meningkatkan kualitas kehidupannya. Peran penyuluhan sebagai advisory services dapat lebih berhasil ketika perencanaan program, pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya dilakukan dengan melibatkan petani dan nelayan sedari awal.
