Tidak apa-apa. Aku mengerti. Duka dan kesedihan selalu membutuhkan nada kegembiraan, meskipun ada dunia di sekelilingnya. Meskipun ada aku di sampingnya. Tidak mengapa. Aku memaklumi. Wajah lelah Angsana sudah cukup memberi arti untuk kukantongi dan kubawa pulang nanti.
Diamnya masih mengalahkan diamku. Tatapanku masih setia dan tak akan luntur meski disungut waktu. Dia cita-citaku. Sudah. Cukup begini saja.