b6107152160membuat kutipan5 tahun yang lalu
Kata Pengantar

Kebahagiaan seorang pengarang itu mirip ibu hamil yang berharap-harap cemas menunggu kelahiran anaknya. Meskipun sudah lebih dari 25 judul saya melahirkan karya, tetap saja jantung saya terpacu ketika buku yang saya tulis sudah jadi, sudah berbentuk buku. Ritual yang saya lakukan ketika memegangnya adalah dengan lembut menelusuri permukaannya, baik itu dengan mata terpejam maupun terbuka. Memegang buku yang sudah jadi macam itu selalu dengan degup jantung yang sama, jiwa bagai bergetar. Senggama bertemunya karsa dan mimpi itu boleh disebut telah menjelma menjadi kidung, serat, ada yang menyebutnya kitab. Boleh digambarkan dengan lebay, proses kelahirannya seperti berdarah-darah.

Saya sepenuhnya membayangkan, apabila saya hidup pada tahun 1000, seribu tahun setelahnya—sekarang—bisa jadi karya itu akan disebut mahakarya. Itulah yang terjadi pada zaman purba, ketika menulis adalah kemampuan langka sehingga sekian ribu tahun kemudian karyanya akan dibaca, diteliti, dan dikaji oleh banyak orang. Tengok saja Dang Acarya Nadendra, hasil liputannya berjudul “Desa Wernana” sekian ratus tahun kemudian diurai huruf demi huruf oleh para profesor, bahkan berasal dari benua berbeda. Walmiki yang menulis Ramayana dan Viyasa yang menulis Mahabarata, siapa yang menyangka karya mereka kemudian menjadi pernik-pernik sebuah agama. Apa pun karya itu, siapa pun pelakunya, pasti melintasi proses kreatif yang rumit dan kendala yang harus diatasi.

Proses kreatif pengarang itu membutuhkan totalitas, dimulai dari ide, dilanjut dengan niat memindahkan ke dalam bentuk tulisan, niat ingsun ha‍
  • Gabung atau masuk untuk berkomentar
    fb2epub
    Seret dan letakkan file Anda (maksimal 5 sekaligus)