Ahmad Rifa'i Rif'an

berkecamuk, prajurit yang menderita penyakit mematikan itu maju ke medan perang dengan sangat semangat. Dia seolah-olah tidak memiliki ketakutan sama

Immanuel Kant, “Kalau saja jiwa tidak kekal dan tidak ada lagi kelanjutan hidup serta tak ada Hari Pengadilan yang memutuskan ganjaran dan siksa (reward dan punishment), kita menjadi sulit berbicara tentang perjuangan hidup, tentang baik dan buruk, karena semua itu akan berakhir pada nihilisme dan kehampaan dengan datangnya kematian.”

Imam Al-Ghazali dalam kitab fenomenalnya, Ihyâ’ Ulûmiddîn, pernah membagi manusia menjadi tiga golongan. Yaitu orang yang tenggelam menekuni keduniaan, orang yang dalam taraf permulaan tobat, dan orang yang telah mencapai tingkat makrifat.

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (QS Muhammad [47]: 36)

Suka dan duka datang silih berganti. Jika pun senang, itu kesenangan yang menipu; jika pun sedih, sungguh sedihnya pun merupakan kesedihan yang sementara. Karena itulah dunia disebut sebagai alam fana (sementara).

Beraktinglah sesuai dengan petunjuk dari Sang Sutradara kehidupan. Yakinlah, pentas sandiwara ini tak akan lama. Apa pun peran yang telah kita ambil di dunia ini, bersabarlah dalam mematuhi skenario-Nya.

“Semua mata akan menangis pada Hari Kiamat kecuali tiga. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.”

Kesibukan mengejar mimpi dan target-target dunia sering kali membuat kita lupa bahwa ternyata ada tujuan yang lebih besar dibandingkan dengan tergapainya mimpi-mimpi dunia. Kita sering kali lupa bahwa tujuan kita dicipta bukan untuk mengejar berbagai hal yang orientasinya sementara, semacam harta, karier, dan gelar akademik.

Tapi jangan lupa, cita-cita setelah dunia harusnya lebih hebat: matilah semulia mungkin, raih surga setinggi mungkin. Firdaus.

etika ditanya, “Mengapa Anda shalat lima waktu?” Ada yang jawab, agar memperoleh pahala. Ada pula yang menjawab, karena mendamba masuk surga. Sikap semacam itu, menurut salah seorang filsuf, Ibn Sina, adalah sikap “pedagang”. Yaitu melakukan sesuatu demi memperoleh imbalan.