siizerr

Emang manusia tuh gitu, sukanya ngejudge orang dari luarnya doang. Belum tentu dalamnya sesuai sama persepsinya. Apalagi udah ada sosmed begini, kita dengan mudah menilai orang hanya dari apa yang terlihat di postingan atau kegiatan dunia mayanya. Enak banget julidin atau ngefitnah orang, padahal gak tahu mungkin orang itu lebih menderita dari yang ia bayangkan.

"Ya makannya jangan ngamuk-ngamuk terus sama gue. Suka lo nanti sama gue," celetuknya.

Mas Raga sedikit menunduk lalu langsung melahap sisa eskrim di sendokku.

Udah mah duniawi gak jago, akhirat juga janji janji doang sama Tuhan.

Kemana-mana kok sendiri. Bullshit lah alpha independent woman, aku aslinya pengen clingy sama cowok!

Bukannya balik badan, Nuraga malah mencondongkan badannya, wajahnya tepat berada di depan mukaku. Seluruh aliran darahku seperti terhenti, hembus nafasku juga tercekat. Degub jantungku sempat berdentum sangat keras dan setelahnya berdetak lebih cepat. Reaksi diriku hampir sama seperti sebelum-sebelumnya saat ia juga melakukan tindakan tiba-tiba di depanku. Tubuhku kaku tak berkutik, hanya bola mataku yang kini bergerak mengikuti arah mata cokelatnya yang juga menelisik mataku.

"Bersih. Gak ada beleknya lagi."

entah sadar atau tidak kini mengulurkan tangannya menyentuh kepalaku. Tatapan mata coklatnya tertuju padaku tegas namun lembut. Aku merasa hanya dari tatapannya saja, seperti ada yang bergetar di dadaku. Menjalar panas hingga bersemi di pipiku. Namun saat ini, ketika tangannya mengusap pelan kepalaku–hanya beberapa gerakan singkat, aku bersumpah, there's something wild inside my heart

"Karena gue suka sama lo. Gue sayang sama lo, Pramusita."

Semua begitu cepat, begitu cepatnya hatiku berubah dari yang semula membencinya, lalu berubah mulai peduli dengannya, kemudian melakukan hal bodoh yang membuatku malu bertemu dengannya, hingga akhirnya... aku berakhir menjadi pacarnya.

"Kenapa? Emang bener kok kamu cantik. Apalagi kalau lagi fokus sambil gembungin pipi. Gemes banget, pengen aku cium."